Haduh,,setelah sekian lama saya gak “nyampah” di blog saya sebelumnya
dulu pernah dibuat,akhirnya saya mencoba exist kembali di dunia
perblogingan,masih dengan konsep-konsep gak jelas yang gak berarti, iseng
buang-buang unek saja.
Di tulisan kali ini saya mencoba menguak rahasia umum yang pastinya
kawan-kawan sekalian juga sudah tau(namanya juga rahasia umum), mungkin
ada beberapa orang yang belum tahu masalah ini(ne orang,mungkin bukan
tidak tahu,tapi karena tidak mau tahu dan kurang peka), bisa dibilang
kawan-kawan yang tidak tahu masalah ini,masuk ke golongan minoritas
ya,,,heeee.
Jakarta,,,siapa sih yang gak tahu kota JA..KAR..TA ibukota republik
kita tercinta ini (tapi sayang,kaum-kaum kecil malah gak dicintain sama
republik ini), kota dengan berbagai pelik problemanya. Mungkin kalo
kawan-kawan diminta ungkapkan 1 kata soal Jakarta, gak jauh dari keyword : Macet, Banjir. Kedua keyword tersebut entah sampai kapan terus menjadi ungkapan 1 kata dari ibukota Republik Indonesia ini.
Lepas dari 2 keyword diatas, ada yang lebih pelik lagi, kaum-kaum “terhormat” yang di/termarjinalkan
entah oleh nasib atau memang oleh kota ini, atau bahkan bisa jadi
karena para kaum elitnya kota ini kurang atau bahkan tidak pernah
memperhatikan mereka, dari mulai para kawan-kawan buruh hingga ke si
nenek pemungut botol air mineral. Peran mereka pun sebenarnya tidak
sedikit buat kemajuan kota ini, dari mulai hal kecil si nenek,dengan
pekerjaan tersebut bisa mengurangi sampah di kota ini,jika tidak ada
orang-orang seperti nenek tersebut,mungkin jakarta sudah tenggelam
akibat sampah yang berserakan,yang menyumbat selokan-selokan air di kota
ini. Hingga peran buruh yang terus menyuntikan dana untuk pemerintah
daerah,dari pajak penghasilan mereka,dan juga pajak usaha dari
perusahaan tempat mereka bekerja(tanpa buruh perusahaan-perusahaan ini
akan bangkrut dan tutup).
Janji-janji setiap ada pilkada dan juga hingga ke tingkat pemilu
presiden pun sering sekali mengusung tema “kemiskinan”, tapi apa???yang
kaya makin kaya,,yang miskin makin jadi,,miskinnya,,kemiskinan terus
meningkat,,kekayaan terus meningkat juga,tapi bukan dalam skala makin
banyak jumlah orangnya seperti pada point peningkatan
kemiskinan, melainkan meningkat dalam artian kekayaan dari orang yang
itu-itu saja, OKB(Orang Kaya Baru) nya belum terlalu dominan.
Benar kalau populer kata-kata “Kita miskin di negara kaya”, dan itu
memang benar-benar di negara sendiri,tempat kelahiran kita sendiri yang
kaya. Masalah nya sebenarnya ada dimana?,apa memang terlalu “bandel”
kaum-kaum kecil tadi untuk dibimbing menjadi setidaknya menjadi
kaum-kaum yang agak besar lah, apa karena si orang-orang besarnya yang
tidak memperdulikan orang-orang kecilnya?, apa?apa?apa dan lain lainnya.
Mungkin ada yang menjawab, orang-orang besar tadi bisa besar karena
pendidikan yang mereka selesaikan. Ok,kalau memang jawabannya seperti
itu,kenapa biaya pendidikan terus melambung tinggi??,pendidikan jangan
dibisnisin bung!!,,mungkin takutnya mereka,kalau orang kecil cerdas,lalu
memberontak,dan menghancurkan “pundi-pundi” pendapatan mereka,,,mungkin
ya,,
Kalu terus seperti itu,sampai kapan negara kita berubah status dari
“Negara berkembang” ke “Negara maju”, ayolah, negara ini bukan milik
perorangan,lebih-lebih lagi kekayaanya, semua milik kita bersama,
sama-sama kita buat kemajuan untuk negara ini, bukan kemajuan buat
kantong pribadi. Tingkatkan mutu pendidikan,bukan biaya pendidikan!!!..



0 komentar:
Posting Komentar