Minggu, 22 April 2012 | By: Sick6shit

Paradigma Metropolitan

Haduh,,setelah sekian lama saya gak “nyampah” di blog saya sebelumnya dulu pernah dibuat,akhirnya saya mencoba exist kembali di dunia perblogingan,masih dengan konsep-konsep gak jelas yang gak berarti, iseng buang-buang unek saja.

Di tulisan kali ini saya mencoba menguak rahasia umum yang pastinya kawan-kawan sekalian juga sudah tau(namanya juga rahasia umum), mungkin ada beberapa orang yang belum tahu masalah ini(ne orang,mungkin bukan tidak tahu,tapi karena tidak mau tahu dan kurang peka), bisa dibilang kawan-kawan yang tidak tahu masalah ini,masuk ke golongan minoritas ya,,,heeee.

Jakarta,,,siapa sih yang gak tahu kota JA..KAR..TA ibukota republik kita tercinta ini (tapi sayang,kaum-kaum kecil malah gak dicintain sama republik ini), kota dengan berbagai pelik problemanya. Mungkin kalo kawan-kawan diminta ungkapkan 1 kata soal Jakarta, gak jauh dari keyword : Macet, Banjir. Kedua keyword tersebut entah sampai kapan terus menjadi ungkapan 1 kata dari ibukota Republik Indonesia ini.

Lepas dari 2 keyword diatas, ada yang lebih pelik lagi, kaum-kaum “terhormat” yang di/termarjinalkan entah oleh nasib atau memang oleh kota ini, atau bahkan bisa jadi karena para kaum elitnya kota ini kurang atau bahkan tidak pernah memperhatikan mereka, dari mulai para kawan-kawan buruh hingga ke si nenek pemungut botol air mineral. Peran mereka pun sebenarnya tidak sedikit buat kemajuan kota ini, dari mulai hal kecil si nenek,dengan pekerjaan tersebut bisa mengurangi sampah di kota ini,jika tidak ada orang-orang seperti nenek tersebut,mungkin jakarta sudah tenggelam akibat sampah yang berserakan,yang menyumbat selokan-selokan air di kota ini. Hingga peran buruh yang terus menyuntikan dana untuk pemerintah daerah,dari pajak penghasilan mereka,dan juga pajak usaha dari perusahaan tempat mereka bekerja(tanpa buruh perusahaan-perusahaan ini akan bangkrut dan tutup).

Janji-janji setiap ada pilkada dan juga hingga ke tingkat pemilu presiden pun sering sekali mengusung tema “kemiskinan”, tapi apa???yang kaya makin kaya,,yang miskin makin jadi,,miskinnya,,kemiskinan terus meningkat,,kekayaan terus meningkat juga,tapi bukan dalam skala makin banyak jumlah orangnya seperti pada point peningkatan kemiskinan, melainkan meningkat dalam artian kekayaan dari orang yang itu-itu saja, OKB(Orang Kaya Baru) nya belum terlalu dominan.

Benar kalau populer kata-kata “Kita miskin di negara kaya”, dan itu memang benar-benar di negara sendiri,tempat kelahiran kita sendiri yang kaya. Masalah nya sebenarnya ada dimana?,apa memang terlalu “bandel” kaum-kaum kecil tadi untuk dibimbing menjadi setidaknya menjadi kaum-kaum yang agak besar lah, apa karena si orang-orang besarnya yang tidak memperdulikan orang-orang kecilnya?, apa?apa?apa dan lain lainnya.

Mungkin ada yang menjawab, orang-orang besar tadi bisa besar karena pendidikan yang mereka selesaikan. Ok,kalau memang jawabannya seperti itu,kenapa biaya pendidikan terus melambung tinggi??,pendidikan jangan dibisnisin bung!!,,mungkin takutnya mereka,kalau orang kecil cerdas,lalu memberontak,dan menghancurkan “pundi-pundi” pendapatan mereka,,,mungkin ya,,
Kalu terus seperti itu,sampai kapan negara kita berubah status dari “Negara berkembang” ke “Negara maju”, ayolah, negara ini bukan milik perorangan,lebih-lebih lagi kekayaanya, semua milik kita bersama, sama-sama kita buat kemajuan untuk negara ini, bukan kemajuan buat kantong pribadi. Tingkatkan mutu pendidikan,bukan biaya pendidikan!!!..

0 komentar:

Posting Komentar